Hai cinta! Apa kabar?
Kalian sering sekali menyapa saya, bahkan
dalam dua tahun terakhir ini, begitu sangat sering! Sampai membingungkan. Tahukah?
Kalian lebih sering menyenangkan hati saya, bermain-main di memori pada
beberapa waktu. Lebih sering saya jual mahal, sok kuat tepatnya. Walau
terkadang, dari kalian hanya singgah sejenak saja tanpa jejak. Tak masalah,
sungguh! Saya bisa arogan seperti ini karena satu tahun ditempa di salah satu daerah
terpencil cukup membuat saya kuat. Tak melulu ambil pusing soal hati. Sudahlah,
atau biarlah berlalu. Hanya itu yang terucap dan semakin menguatkan saya.
Atau.... apakah hati ini yang terlalu dingin? Keterlaluankah?? Beberapa kali
membuat sayap cinta patah! Tak ada maksud melukai. Mungkin hati hanya perlu
belajar untuk tak selalu hangat dengan siapapun. Ataukah... di dalam sini sudah
terlalu beku sehingga kehangatan yang nampak dari luar itu seringkali membuat
beberapa cinta berharap, namun akhirnya menelan kecewa.
Tiga tahun yang lalu, kalau kukatakan “iya”,
mungkin saat ini telah kutimang beberapa putra dan putri yang lucu. Dua tahun
yang lalu, kalau kukatakan “iya”, keadaannya pun akan sama seperti tiga tahun
yang lalu. Satu tahun yang lalu, kalau kukatakan “iya” juga, saat ini mungkin
saya tidak akan belajar keras disini, kembali lagi menekuni dan mengaitkan
benang-benang mimpi. Sepertiga di tahun ini pun, kalau kukatakan “iya” juga,
seperti satu tahun yang lalu, keegoisan saya mungkin akan saya letakkan di
sudut hati karena kewajiban melayani keluarga menjadi hal yang utama.
Dengar cinta! saya tidak pernah menyesal
dengan keputusan yang telah saya buat itu. Bahkan mungkin saya menjadi semakin
arogan. Ya, berjuang menjadi seperti saat ini bukanlah hal yang mudah.
Bertahun-tahun menjalani hidup sebagai pribadi yang sangat mengutamakan
“feeling” adalah menyenangkan, namun tahukah kamu cinta? Dibuai kesenangan saja
tak cukup menguatkan saya ketika harus dihantam di lingkungan dengan karakter
yang heterogen dan amoral. Satu tahun itu telah mengubah saya. Masih
cengengkah? Saya bahkan sudah lupa kapan terakhir kali saya menangis atau
terluka hanya karena cinta. Bahkan pernah sekali terlintas saya tidak berharap
akan menikah. Sebegitu arogannya saya bukan beberapa saat lalu itu? Sekarang?
Tentu, saya masih belum letih menanti. Tanpa menghilangkan kearoganan ini
tentunya. Hati hanya menunggu ada yang mampu merobohkan tembok kearoganan itu. Lalu
Cinta, apa yang saya cari di diri kamu sebenarnya? Hanya satu. Ketika di dalam
sini ada kekuatan yang sulit dilukiskan namun semakin menegaskan, “Ini yang aku
cari”.
Dibuat karena beberapa malam ini saya susah tidur meski mata sudah berat.
No comments:
Post a Comment