Sunday, September 21, 2014

Semesta turut menyaksikan kebesaran-NYA

Ini menjadi pengalaman pertama, bersama semesta saya turut menyaksikan langsung kelahiran seorang bayi perempuan mungil di sebuah tempat yang kami sebut ‘sisi lain dari republik’ kita, pedalaman Sumatera bagian Selatan dengan hutan sawit dan karet pada sebuah desa di bantaran sungai Lalan, Desa Kepayang, Kabupaten Musi Banyuasin. Saya mengikuti proses kelahiran bayi tersebut, dari kontraksi rendah sampai yang tertinggi, lalu bayi keluar dari rahim ibu, teriakan tangisnya karena menyentuh hawa dingin bumi untuk pertama kalinya memecah ketegangan dalam bilik sederhana berlantai kayu tersebut. Seorang ibu bertaruh nyawa ketika melahirkan bayi. Sempat gemetar saat melihat sang Ibu menjalani detik-detik melahirkan. Lebih dari satu jam saya melihat ibu kontraksi, dan itu sudah terjadi sejak pukul 23.00 semalam. Ibu yang mendampingi putrinya melahirkan pun nampak pucat. Manajemen panik saya diuji melihat beberapa orang tegang. Hati mencoba tetap tenang, mengendalikan diri untuk tidak ikut panik. Di tempat bertugas, pengendalian diri menjadi hal yang terus-menerus diuji, namun menjadi tidak terlalu sulit lagi setelah 9 bulan ditempa di Sekolah Kepemimpinan ini. Sambil turut memegangi ibu, saya mencoba tenang disamping bidan desa yang membantu proses kelahirannya. Sekitar 90 menit kami menunggu, hingga tibalah waktunya.

“Allahu Akbar… Subhanallah…”, kata-kata itulah yang pertama kali terucap dari bibir saya ketika mata ini melihat langsung seorang bayi dilahirkan ke dunia. Ya, posisi saya tepat berada di depan sang ibu, tepat di hadapan tempat lahirnya bayi tersebut. Bersyukur, semuanya berjalan lancar, ibu beserta bayinya selamat dan sehat. Masih gemetar, namun ada rasa haru ketika saya menyaksikan kejadian luar biasa tersebut. Inilah salah satu kebesaran Illahi yang baru pertama kalinya saya saksikan langsung. Seorang bayi yang masih suci lahir ke dunia.

Maha Besar Allah, 24 Maret 2014 sekitar pukul 10.00 WIB, bersama semesta saya turut menjadi saksi kebesaran Illahi. Banyak pembelajaran hidup yang saya peroleh semenjak saya bertugas di Desa Kepayang. Pengalaman ini menjadi moment yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Bagi saya yang tidak punya latar belakang pendidikan di bidang Kesehatan, tentu kesempatan bisa menyaksikan proses kelahiran bayi ini menjadi hal yang langka. Kesempatan yang tidak pernah bisa dibeli. Dan lagi-lagi saya belajar banyak tentang hidup dan perjuangan. Bagaimana seorang ibu berjuang untuk anaknya, bagaimana seorang ibu Kartina nampak tetap tenang membantu proses kelahiran sambil menghibur mereka yang panik, lalu beberapa ibu-ibu warga desa bergiliran menengok dan menjaga, juga belajar ketelatenan ibu Kartina melayani warga.

Terimakasih ibu Kartina, salah satu dewan guru SDN Kepayang yang sekaligus menjadi bidan desa, telah mengijinkan saya untuk ikut mendampingi ibu membantu proses kelahiran seorang bayi. Ibu sangat paham bahwa saya telah lama menanti saat-saat untuk menyaksikan ibu membantu proses kelahiran bayi. Kesempatan itu telah membunuh rasa penasaran saya akan sesuatu yang belum pernah saya alami dan saksikan langsung. Hanya bisa kutitipkan salam rindu kepada ibu melalui angin yang membawa damai, masuk ke celah-celah jendela rumah ibu yang terletak di tengah hutan dan tepi sungai. Sungguh, saya rindu es kacang jahe buatan ibu, rindu nasehat ibu yang sering membuat mata saya berkaca-kaca, rindu peluk cium ibu yang menghangatkan (Ya, ibu Kartina sering mencium kening dan pipi saya setiap saya berpamitan untuk pergi ke kota dan menitipkan anak-anak didik saya kepada beliau). Semoga ibu Kartina sehat-sehat disana bu, semakin berjasa bagi warga desa, dan Allah SWT selalu melindungi ibu :)


Kepayang, April 2014.
 

No comments:

Post a Comment